Senin, 18 Januari 2010

Marcell Siahaan (versi 1)

Marcell Siahaan (versi 1)

Cerita Rajah

Marcell Siahaan

marcell siahaan

marcell siahaan

Rajah di tubuhnya bukanlah sebuah tujuan, melainkan petualangan dan juga eksplorasi kehidupan

Separuh tubuh padat dan bertato tribal hanya pada bagian kiri itu ternyata milik Marcell Siahaan (33). Bayangan penyanyi urban pop yang melejit dengan lagu Semusim: penampilan kalem, berjas rapi, rambut ikalnya yang khas, tiba-tiba berkelebat. Marcell, rupanya sudah banyak berubah kini. Rambutnya dipotong cepak, tubuhnya lebih kurus dan macho dalam balutan kaos ketat dan celana gombrong. Penampilan ini barangkali disesuaikan dengan aktivitas barunya: sebagai penabuh drum, arranger, sekaligus produser di grup musik Kraken dan Super yang dibentuknya, serta olah raga Tai Chi dan Brazilian Jiu Jitsu.

“Minggu lalu, Dewi launching buku di sini,” Marcell membuka percakapan, sekaligus memberikan alasan mengapa memilih restoran baru di komplek Mega Kuningan ini sebagai tempat pemotretan. Dewi yang disebut barusan adalah nama mantan istrinya, Dewi Lestari, yang baru saja meluncurkan buku terbarunya Rectoverso. Pernyataan spontan ini sepertinya membuka kesadaran bahwa perpisahan itu tidak menyisakan pertikaian di antara keduanya.

Tapi tato ini tak ada hubungan sama sekali dengan perpisahan itu, katanya, seolah paham apa yang dipikirkan lawan bicaranya. Lalu ia menoleh ke tatonya yang menyembul di lengan kirinya. Rajah itu sudah ada sejak tahun 2000, beberapa tahun sebelum ia mengenal Dewi. Penampilannya yang selalu tertutup kemeja atau jas rapi saat di depan publik membuat tato berjumlah 4 biji itu rapi tersembunyi, tanpa banyak pihak mengetahui. Seperti juga ia menyimpan rapat semua kisah hidupnya, di balik gemerlap dunia hiburan.

Marcell yang setahun lalu memeluk Buddha sebagai sebuah keyakinan, lalu menceritakan cerita di balik tato dengan pendekatan yang lebih religius. “Aku punya pandangan, hidup ini penderitaan. Hidup itu selalu ada maksud. Aku tak percaya semua ini kebetulan, dan segala sesuatu bisa berubah dalam detik,”ungkapnya. Tentu bukan sebuah kebetulan juga bila ia menyimpan keinginan untuk merajah tubuhnya sejak dia kecil. Keberanian itu baru timbul sesaat ia menyaksikan film From Dusk Till Dawn yang dibintangi oleh George Clooney.

“Waktu jarum suntik ditorehkan pertama kalinya.. aduuuh sakit sekali. Aku tak membayangkan rasanya akan sesakit itu. Padahal gambar tato itu sangat besar. Membutuhkan waktu enam jam untuk membuatnya,”ujar Marcell yang saat itu sudah terlanjur membuat empat tato memerlukan waktu sekitar 6 jam untuk membuatnya. Tak mungkin diurungkan. Ketika jarum suntik itu sudah menancap, tak bisa dihentikan. Jarum itu terus menusuk tubuhnya. Ia tak punya pilihan selain menyelesaikannya.

Peristiwa ini rupanya membuat dia belajar dari kehidupan. Tato, katanya, adalah sebuah personifikasi bagaimana kita melukisakan keadaan sakit. “Saya sadar, rasa sakit itu tak bisa dilawan. Dalam tato ditunjukkan bagaimana perlawanan itu akan memunculkan darah putih yang bercampur tinta dan ini merusak warna,” ia menunjukkan hasil tato di perbatasan leher yang warnanya sedikit memudar karena pengalaman itu. “Tak ada pilihan lain. Enjoy the pain. Enjoy the feeling.”

Meski keinginan untuk merajah tubuhnya tumbuh begitu saja, sisi rasional dan religius tetap dipegang olehnya. Lihat saja bagaimana ia memandang bijak pada tato yang hanya digoreskan pada sisi kiri tubuhnya. “Seperti filosofi taoisme. Ada kiri, ada kanan. Kita harus selalu menjaga agar tetap selalu berada di tengah. Bukan membedakan antara kiri dan kanan. Tapi aku merasa hidupku adalah yin dan yang yang bersatu.” Filosofi ini juga yang membawanya pada jenis olah raga yang diikutinya. “Tai Chi sangat feminin, Brazilian Jiu Jitsu maskulin. Tai Chi filosofinya lingkaran, Brazilian segitiga. Jadi aku tak hanya untuk bertahan, namun juga menyerang. Aku ingin selalu berada di tengah.”

Sebagai penyeimbang, ia meletakkan tato berupa matahari di tengah. Tato ini dibuat sebagai simbol dari nama aslinya, Kirana Hamonangan, yang artinya cahaya kemenangan. “Apapun yang terjadi, tanpa matahari tak enak. Karena itu aku selalu mendambakan matahari. Matahari yang tak terlalu panas. Sifatku sangat bumi dalam sebuah hubungan, karena itu aku ingin pasanganku selalu menjadi matahari,” tutur pemilik nama lengkap Marcellius Kirana Hamonangan Siahaan.

Walau tato-tato itu sudah menjelajahi tubuh kirinya, ia masih juga menyimpan keinginan untuk menambahkan tato terakhir. Tato itu berupa mantra Buddha Tibetan. “Om mani padme hum. Artinya the jewel in the lotus. Filosofi teratai, walau tumbuh di air kotor, tetaplah tumbuh bunga yang rupawan. Ini juga berarti enam tingkat kehidupan, dari alam dewa sampai setan. Inilah mantra paling kuat, mantra cinta kasih paling tinggi.” Kalimat terakhir yang baru saja diucapkan ini bagai membawanya pada kerinduan pada makna cinta kasih sejati.

Perpisahan kedua orang tuanya, dan akhirnya perpisahan mereka, memang membuatnya sangat terpukul. Konflik yang dialami oleh orang tuanya sejak dia belia membuatnya selalu merasa sendirian. Ia butuh orang yang bisa memahami dirinya. “Itulah sebab mengapa rasa sakit terberatku adalah ketika aku sendirian. Aku tak bisa sendirian. Perpisahan (dengan siapapun) selalu membuat aku sedih,”tuturnya.

“Aku membutuhkan orang yang bisa menemaniku sampai mati. Ketika aku pacaran, aku selalu menganggap dia tak hanya pacar, tapi juga teman hidup, teman berbagi, dan rela jadi tempat sampah.” Tapi untuk mendapatkan perempuan seperti ini memang tak mudah. Banyak yang menuduhnya playboy, padahal ia adalah orang yang sulit jatuh cinta. “Jadi ketika aku menemukannya, aku pasti stop mencari. Buatku, pacar itu setengah menikah, aku benar-benar serius dan habis-habisan mencintainya,”lanjutnya. Seperti dipahami, resiko dari jenis percintaan ini pun tidak main-main. “Tahun 97-98 aku mau bunuh diri. Aku merasa sendiri. Ketakutan. Keluarga morat-marit dan pacar pergi. Aku seperti tak ada gunanya.”

Tampaknya ia memang harus banyak belajar dari kehidupan. Di sinilah ia merasakan filosofi rasa sakit itu dia rasakan hingga ia mencapai satu tahapan yang lebih tinggi. Katanya, dia sampai pada sebuah kesadaran bahwa rasa sakit (akibat perpisahan itu) nyatanya harus dihadapi. Aku justru mendatangi rasa sakit, sakit memang, tapi aku percaya bahwa rasa sakit ini pasti ada akhirnya. Dari situ aku menjadi sadar apa yang kemudian harus aku lakukan.” Lalu lagi-lagi mengambil filosofi Buddha. Tiada yang abadi di dunia ini.

Kini ia sudah mencapai sebuah tahapan baru dalam hidupnya. “Cinta adalah sesuatu yang harus dibagi. Bagi saya, cinta itu kebahagiaan. Ketika kita bahagia, maka kita akan mampu membahagiakan orang lain. Ini seperti filosofi masker gas yang aku dan Dewi percayai,” katanya, lagi-lagi ia menyebut nama mantan istrinya. Salah satu wujud kedewasaaan itu ia sampaikan dalam album single keempatnya (2008) yang bertajuk Hidup. Album ini sesungguhnya ditujukan untuk anak semata wayangnya Keenan Avalokita Kirana agar menghentikan kemunafikan di dunia ini.

Pilihannya untuk menjadi vegetarian juga merupakan bagian dari kedewasaan ini. Ia merasa secara lingkungan, makan daging tidaklah efektif. “Dari fakta isyu global warming terjadi karena begitu banyak peternakan, bukan pemakaian BBM. Peternakan besar akibar daya konsumtif terhadap daging. Berdasarkan eprtimbangan ekologi, aku mau menghentikan peperangan,”kata Marcell yang meyakini bahwa selama manusia masih makan daging maka peperangan tidak akan pernah bisa dilepaskan. “Setiap hewan yang dibunuh mereka akan menghasilkan energi ketakutan, kita makan, ini hanya akan menambah ketakutan.”

Kedewasaan inilah yang agaknya telah menemukannya pada pelabuhan cintanya: Melati Adams, wanita yang ditemuinya di sebuah pesta 2 tahun lalu yang lantas menghubunginya lagi melalui situs facebook miliknya. “Aku tahu ini adalah cinta yang paling tulus yang kutahu suatu saat pasti akan selesai,”kata Marchell sembari menyebutkan hal-hal yang membuatnya jatuh cinta lagi. “Dia nyaman dengan dirinya sendiri. Saya tak suka cewek plastik, karena energinya membuat aku jadi plastik. Dia perempuan yang benar-benar perempuan. Dan yang penting, dia tahu ketika seorang lelaki difungsikan sebagai iman, pengambil keputusan, dia bisa menjadi menjadi support dan tidak berusaha menjadi dominan.”

Setelah berbagai masalah usai, maka ia akan kembali melanjutkan mimpi. “Punya anak perempuan. Kembar. Bekerja di bidang hukum, tapi masih ada hubungannya dengan entertainment law. Soal terakhir ini sebagai apresiasi untuk papaku (ahli hukum). Aku ingin membuat dia tenang,” ungkap Marcell yang akan terus bersentuhan dengan dunia musik dan akting yang sudah didalami selama ini. “Aku memang harus terus belajar..dan belajar dari kehidupan.” Yah, dia mencoba meraih tahapan Om Ni Padme Hong yang ingin segera dirajahkan di tangannya. (Rustika Herlambang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar